Minggu, 20 April 2014

Obat Furosemid

furosemid
( Frusemide )
Interaksi informasi tambahan ( Furosemide ( furosemid ) ) .
Indikasi edema ( lihat catatan di atas )

Perhatian memantau elektrolit , hipotensi , pembesaran prostat , gangguan berkemih , gout , diabetes , meskipun produsen menyarankan bahwa tingkat pemberian intravena tidak boleh melebihi 4 mg / menit , dosis tunggal hingga 80 mg dapat diberikan lebih cepat , sindrom hepatorenal , gangguan hati ( Lampiran 2 ) ; gangguan ginjal ( Lampiran 3 ) ; kehamilan ( Lampiran 4 ) ; menyusui ( Lampiran 5 ) ; interaksi : Lampiran 1 ( diuretik )

Kontra - indikasi hipovolemia , dehidrasi , hipokalemia berat , hiponatremia berat , negara koma atau precomatose terkait dengan sirosis hati , gagal ginjal karena obat nefrotoksik atau hepatotoksik , anuria

Efek samping gangguan ringan gastro -intestinal , hipotensi , hiperglikemia ( lebih jarang dibandingkan dengan tiazid ) ; hiperurisemia dan gout , gangguan elektrolit termasuk hiponatremia , hipokalemia ( lihat juga bagian 2.2 ) , hipokalsemia , dan hipomagnesemia , alkalosis metabolik , jarang paraethesia , gangguan darah ( termasuk trombositopenia , leukopenia , agranulositosis , anemia aplastik , anemia hemolitik ) , depresi sumsum tulang ( menarik pengobatan ) , tinnitus dan tuli ( biasanya dengan dosis parenteral yang besar dan administrasi yang cepat , pada gangguan ginjal , atau hipoproteinemia ) , dan reaksi hipersensitivitas ( termasuk ruam , photosensitivity , eosinofilia , dermatitis eksfoliatif , purpura , dan anafilaksis ) , pankreatitis , kolestasis intrahepatik , peningkatan sementara kolesterol plasma dan konsentrasi trigliserida juga melaporkan

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, yaitu: pertama menunjukan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukan jumlah pengeluaran ( kehilangan ) zat-zat yang terlarut dalam air. Fungsi utama diuretik adalah memobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah keseimbagan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal. Penaruh ekstra sel terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat penggunaan diuretik. Secara umum diuretic dapat dibagi dalam dua golonggan besar yaitu: penghambat mekanisme transport elektrolit didalam tubuli ginjal dan diuretic osmotik.
Obat yang dapat menghambat transpor elektrolit ditubuli ginjal ialah: (1) benzotiadiazid; (2) diuretic kuat; (3) diuretic hemat kalium; dan (4) penghambat karbonik anhidrase. Xantin juga merupakan memiliki efek dari diuretik.

1.1.Diuretik Kuat
Diuretik kuat (High-ceiling diuretics) mencakup sekelompok diuretik yang efeknya sangat kuat dibandingkan dengan diuretic lainnya. Tempat kerjanya terutama dibagian epitel tebal ansa henlebagian asenden, karena itu kelompok ini disebut juga sebagai loop diuretics. Contohnya adalah furosemid, torsemid, asam etakrinat, dan bumetanid.
Furosemid, atau asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfamoil antranilat masih tergolong derivat sulfonamide. Obat ini tergolong salah satu obat standar untuk pengobatan gagal jantung dan edema paru. Bumetamid merupakan derivate asam 3-aminobenzoat yang lebih poten daripada furosemid, tetapi dalam hal lain kedua senyawa ini mirip satu dengan yang lain. Asam etakrinat termasuk diuretic yang dapat diberikan secara oral maupun parenteral dengan hasil yang memuaskan.

Obat
Tempat kerja utama
Cara kerja
Diuretik osmotik
       (1)   Tubuli proksimal

 (2)   Ansa henle desenden bagian epitel tipis

 (3)   Duktus koligentes
Penghambatan reabsorbsi natrium dan air melalui daya osmotiknya
Penghambatan reabsorbsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medulla menurun
Penghambat reabsorbsi natrium dan air oleh karena penghambatan efek ADH
Penghambatan enzim karbonik anhidrase
Tubuli proksimal
Penghambatan terhadap reabsorbsi HCOֿ3, H+, Na+
Tiazid
Hulu tubuli distal
Penghambatan airport Na+/K+ (reabsorbsi natrium dan sekresi kalium) dengan jalan antagonism kompetitif (spironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorid).
Diuretik kuat
Ansa henle pada bagian dengan epitel tebal
Penghambatan terhadap kotranspor Na+/K+/Cl-

Farmakodinamik
Diuretik kuat terutama berbicara dengan cara menghambat reabsorbsi elektrolit Na+/K+/2Cl-diansa henle asenden bagian epitel tebal; tempat kerjanya dipermukaan sel epitel bagian luminal (yang menghadap kelumen tubuli).pada pemberian IV obat ini cendrung menngkatkan aliran darah ginjal tanpa disertai peningkatan filtrasi glomerolus. Perubahan hemodinamik ginjal ini mengakibatkan menurunnya reabsorbsi cairan dan elektrolit ditubuli proksimal serta meningkatnya efek awal dieresis. Peningkatan aliran darah ginjal ini relatif hanya berlangsung sebentar. Dengan berkurangnya cairan ekstrasel akibat dieresis, maka aliran darah ginjal menurun dan hal ini akan mengakibatkan meningkatnya reabsorbsi cairan dan elektrolit ditubuli proksimal. Hal yang terakhir ini merupakan suatu mekanisme kompensasi yang membatasi jumlah zat terlarut yang mencapai bagian epitel tebal henle asendens, dengan demikian akan mengurangi dieresis.
Furesemid dan bumetamid mempunyai daya hambat enzim karbonik anhidrase karena keduanya merupakan derivate sulfonamide, seperti juga tiazid dan asetazolamid, tetapi aktifitasnya terlalu lemah untuk menyebabkan diuresis ditubuli proksimal. Asam etakrinat tidak menghambat enzim karbonik anhidrase. Efek diuretic kuat terhadap segmen yang lebih distal dari ansa henle asendens epitel tebal belum dapat dipastikan, tetapi dari besarnya dieresis yang terjadi, diduga obat ini bekerja juga disegmen tubuli lain.
Diuretic kuat juga menyebabkan meningkatnya ekskresi K+ dan kadar asam urat plasma, meknismenya kemungkinan besar sama dengan tiazid Ekskresi Ca++ dan Mg++ juga ditingkatkan sebanding dengan peningkatan ekskresi Na+. berbeda dengan tiazid, golongan ini tidak meningkatkan re-absorbsi Ca++ ditubuli distal. Berdasarkan atas efek kalsiuria ini, golongan diuretic kuat digunakan untuk pengobatan simptomatik hiperkalsemia. Diuretic kuat meningkatkan ekskresi asam yang dapat dititrasi (titratable acid) dan ammonia. Fenomena yang terjadi diduga karena efeknya dinefron distal ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya alkalosis metabolic.
Bila mobilisasi cairan edema terlalu cepat, alkalosis metabolic oleh diuretic kuat ini terutama terjadi akibat penyusutan volume cairan ekstrasel. Sebaliknya pada penggunaan yang kronik, faktor utama penyebab alkalosis ialah besarnya asupan garam dan ekskresi H+ dan K+. alkalosis ini sering kali disertai dengan hiponatremia, tetapi masing masing disebabkan oleh mekanisme yang berbeda.
Farmakokinetik
Diuretic kuat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang agak berbeda beda. Bioavalibilitas furosemid 65% sedangkan bumetenid hampir 100%. Obat golongan ini terikat pada protein plasma secara ekstensif, sehingga idak difiltrasi digromelorus tetapi cepat sekali disekresi melalui system transport asam organic ditubuli proksimal. Dengan cara ini obat terakumulasi dicairan tubuli dan mungkin sekali ditempat kerja didaerah yang leboh distal lagi. Probenesid dapat menghambat sekresi furosemid, dan interaksi antara keduanya ini hanya terbatas pada tingkat sekresi tubuli, dan tidak pada tempat kerja diuretic. Torsemid memiliki masa kerja sedikit lebih panjang dari furosemid. 2/3 asam etakrinat yang diberikan secara IV diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh dan dalam konjugasi dengan senyawa sulfhidril terutama sistein dan N-asetil sistein. Sebagian lagi diekskresikan melalui hati. Sebagian besar furosemid diekskresikan secara yang sama, hanya sebagian kecil yang terbentuk glukoroid. ±50% bumetamid diekskresikan dalam bentuk asal, selebihnya sebagai metabolit.
Efek samping
Gangguan cairan dan elektrolit.
Sebagian efek samping berhubungan dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, misalnya hipotensi, hiponatremia, hipokalemia, hipokalsemia, dan hipomagnesemia.
Ototoksisitas.
Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara maupun menetap, dan hal ini merupakan efek samping yang serius. Ketulian sementara terjadi juga pada furosemid dan lebih jarang pada bumetamid. Ketulian mungkin disebabkan oleh perubahan komposisi elektrolit cairan endolimfe.
Hipotensi.
Terjadi karena develsi volume sirkulasi.
Efek metabolic.
Diuretic tiazid, diuretic kuat juga dapat menimbulkan efek samping metabolic berupa hiperurisemia, hiperglikemia, peningkatan kolesterol LDL dan trigliserida, penurunan HDL.
Reaksi alergi.
Berkaitan dengan struktur molekul yang menyerupai sulfonamide. Diuretic kuat dan diuretic tiazid dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat alergi sulfonamide. Asam etakrinat merupakan satu-satunya diuretic kuat yang tidak termasuk golonggan sulfonamide, dan digunakan khusus untuk pasien alergi terhadap solfonamid.
Nefritis intestisialis alergik.
Furosemid dan tiazid diduga dapat menyebabkan gagal ginjal reversible.
Berdasarkan efeknya pada hewan percobaan, maka diuretic kuat ini tidak dianjurkan pada wanita hamil, kecuali apabila mutlak diperlukan.
Interaksi
Seperti diuretic tiazid, hipopkalemia akibat pemberian diuretic kuat dapat mengakibatkan risiko aritmia pada pasien yang juga mendapat digitalis atau obat antiaritmia.
Prebenezid menguranggi resiko sekresi diuretic ke lumen ditubulus sehingga efek dieresisnya berkurang. Diuretic kuat dapat berinteraksi dengan warfarin dan klofibrat melalui penggeseran ikatannya dengan protein. Pada penggunaan kronis, diuretic kuat ini dapat menurunkan klirens litiums. Penggunaan bersama dengan sefalosporin dapat meningkatkan nefrotoksisitas sefalosporin. Antiinflamasi nonsteroid terutama indometasin dan kortikosteroid melawan kerja furosemid.
Penggunaan klinik
Gagal jantung.
Furosemid merupakan obat standar untuk gagal jantung yang disertai edema dan tanda-tanda bendungan sirkulasi seperti peninggian tekanan vena jugulare, edema paru, edema tungkai dan asites. Furosemid lebih banyak digunakan dari asam etakrinat, karena gangguan saluran cerna yang lebih ringgan dan kurva dosis responsnya kurang curam.untuk edema paru akut diperlukan pemberian secara intravena. Pada keadaan ini perbaikan klinik dicapai karena terjadi perubahan hemodinamik dan penurunan volume cairan ekstra sel dengan cepat, sehingga alir balik vena dan curah ventrikel kanan berkurang.
Edema refrakter
Diuretic kuat biasanya diberikan bersama diuretic lain, misalnya tiazid dan diuretic hemat K+. pemakaian dua macam diuretic kuat bersamaan, ini merupakan tindakan yang tidak rasional. Diuretic kuat juga meruapakan obat yang efektif mengatasi asites akibat penyakit sirosis hepatis dan edema akibat gagal ginjal. Sebaiknya diberikan secara oral kecuali bila diperlukan diuresis yang segera maka dapat diberikan secara IV atau IM. Bila ada nefrosis atau gagal ginjal kronik, maka diperlukan dosis furosemid jauh lebih besardaripada dosis biasa, hal ini disebabkan oleh banyak protein dalam cairan tubuli yang akan menggikatfurosemid sehingga menghambat dieresis. Selain itu, pada pasien uremia, sekresi furosemid melalui tubuli menurun.
Gagal ginjal akut
Dapat juga diberikan pada gagal ginjal yang masih awal (baru terjadi), namun hasilnya kurang konsisten. Diuretic kuat dikontraindikasikan pada keadaan gagal ginjal yang disertai anuria. Diuretic kuat dapat menurunkan kadar kalsium plasma pada pasien huperkalsemia simtomatik secara meningkatkan ekskresi kalsium melalui urin. Bila digunakan pada tujuan ini maka perlu pula diberikan suplemen Na+ dan Cl- untuk menggantikan kehilanggan Na+ dan Cl- melalui urin.
1.2.BENZOTIADIAZID
Benzotiadiazid atau tiazid menggandung banyak ion klorida, yang membedakan dengan senyawa diatasnya adalah benzene disulfonamid, tiazid juga berefek langsung pada transport Na+ dan Cl- ditubuli ginjal, lepas dari efeknya penghambatan terhadap enzim karbonik anhidrase. Prototype golonggan tiazid adalah klorotiazid, obat tandingan pertama golonggan Hg-organik, yang mendominasi diuretic selama lebh dari 30 tahun.
Farmakodinamik
Diuretik tiazid menghambat simporter Na+, Cl- dihulu tubulus distal.sistem trnspor ini dalam keadaan normal berfungsi membawa Na+ dan Cl- dari lumen ke sel epitel tubulus. Na+ selanjutnya dipompakan keluar tubulus dan ditukar dengan K+, sedangkan Cl- dikeluarkan melalui kanal klorida. Efek farmakodinamik tiazid utama adalah meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan sejumlah air. Efek natriuresis  dan kliuresis ini disebabkan oleh penghambatan mekanisme reabsorbsi elektrolit pada hulu tubuli distal.
Pada pasien hipertensi, tiazid menurunkan tekanan darah bukan saja karna efek diuretiknya tapi juga karena efek langsung terhadap erteriol sehingga terjadi vasodilatasi.
Pada pasien diabetes insipidus, tiazid justru menguranggi dieresis. Efek yang tampak paradox ini diduga berdasarkan penguranggan volume plasma yang diikuti oleh penurunan laju filtrasi glomerolus sehingga meningkatkan reabsorbsi Na dan air ditubulus proksimal. Akibat jumlah air dan Na yang melewati segmen distal berkurang sehingga volume maksimum urin yang encer juga berkurang. Hasil akhirnya adalah pengguranggan poliura secara signifikan.
Fungsi ginjal. Tiazid dapat mengguranggi kecepatan filtrasi glomerolus, terutama bila diberikan secara intravena, mungkin hal ini disebabkan oleh pengguranggan aliran darah ginjal. Sekresi dapat berkurang dengan adanya antagonis kompetitif, misalnya probenesid.
Asam urat. Tiazid dapat meningkatkan kadar asam urat darah dengan kemungkinan 2 mekanisme:
1.      Tiazid meninggikan reabsorbsi asam urat di tubuli proksimal
2.      Tiazid mungkin sekali menghambat ekskresi asam urat oleh tubuli
Berbeda dengan natriuretik lain, tiazid menurunkan ekskresi kalsium sampai 40% karena tiazid tidak dapat menghambat reabsorbsi kalsiumoleh sel tubuli distal. Hal ini dapat meningkatkan kadar kalsium darah dan terbukti dapat menurunkan insiden fraktur pada osteoporosis.
Cairan ekstrasel. Tiazid dapat meninggikan ekskresi ion K+ terutama pada pemberian jangka pendek, dan mungkin efek ini menjadi kecil bila penggunaannya berlangsung dalam jangka panjang. Ekskresi natrium berlebih tanpa disertai jumlah air yang sebanding dapat menyababkan hiponatremia dan hipokloremia,terutama pasien diet rendah garam. Ekskresi Mg++ meningkat sehingga dapat menimbulkan hipomagnesemia.diuretik yang menyebabkan kloruresis  akan meningkatkan ekresi yodida dan bromide. Penggunaan diuretic yang berkepanjanggan dapat meningkatkan ekskresi yodida dengan akibat dapat terjadi deplesi yodida ringgan.
Famakokinetik
Absorbsi tiazid melalui saluran cerna baik sekali. Efek obat tampak setelah satu jam. Klorotiazid didistribusikan keseluruh ruang ekstrasel dan dapat melewati sawar uri, tetapi obat ini ditimbun dalam jaringgan ginjal saja. Dengan suatu proses aktif, tiazid diekskresikan oleh sel tubuli proksimal kedalam cairan tubuli, jadi klirens ginjal obat ini besar sekali,biasanya dalam 3-6 jam sudah diekskresikan dari badan. Bendroflumetiazid, politiazid, dan klortalidon mempunyai masa kerja yang lebih panjang karena ekskresinya lebih lambat. Korotiazid dalam badan tidak menggalami perubahan metabolic, sedang politizid sebagian dimetabolisme dalam badan.
Efek samping
1.      Gangguan elektrolit Meliputi hipokalemia, hopovolemia, hiponatremia, hipokloremia, hipomagnesemia. Pemberian diuretic pada pasien sirosis dengan asites perlu dilakukan dengan hati-hati, gangguan pembentukan H+ menyebabkan amoniak tidak dapat diubah menjadi ion ammonium dan memasuki darah, ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya depresi mental dan koma pada pasien sirosis hepatis.
2.      Gejala insufisiensi ginjal dapat diperberat oleh tiazid langsung mengguranggi aliran darah ginjal. Suatu reaksi idiosinkrasi yang jarang sekali timbul seperti hepatitis kolestatik, telah dilaporkan.
3.      Hiperkalsemia. Tendensinya pada pemberian tiazid jangka panjang merupakan efek samping yang mengguntungkanterutama untuk orang tua beresiko osteopoeresis,karena mengguranggi risiko fraktur.
4.      Hiperurisemia. Diuretic tiazid dapat meningkatkan kadar asam urat darah karena efeknya menghambat sekresi dan meningkatkan reabsorbsi. Untuk penderita arthritis gout dapat menggakibatkan seranggan gout akut
5.      Tiazid menurunkan toleransi glukosa dan mengguranggi efektifitas obat hipoglikemik oral. Dari percobaan tikus, ada 3 faktor yang menyebabkan hal ini, yaitu: kurangnya sekresi insulinterhadap peninggian kadar glukosa plasma, meningkatnya glikogenolisis dan berkurangnya glikogenesis.
6.      Tiazid dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan trigliseridaplasma dengan mekanisme yang tidak diketahui, namun masih tidak jelas.
7.      Gangguan fungsi seksual kadang dapat terjadi akibat pemakaian diuretic, efek samping masih tidak jelas.
Indikasi
Hipertensi. Selain sebagai diuretic, tiazid memberikan efek anti hipertensi berdasarkan efek penurunan resistensi pembuluh darah
Gagal jantung. Tiazid Merupakan diuretic terpilih untuk penggobatan edema akibat gagal jantung ringgan sampai sedang. Lebih baik bila dikombinasikan dengan diuretic hemat kalium pada pasien juga mendapat penggobatan digitalis untuk mencegah timbulnya hipokalemia yang memudahkan terjadinya intoksikasi digitalis,selain itu juga untuk pasien yang gagal jantung atau hipertensi yang disertai gangguan fungsi ginjal harus dilakukan dengan hati-hati karena obat ini dapat memperhebat gangguan fungsi ginjal akibat penurunan kecepatan filtrasi glomerolus dan hilangnya natrium, klorida, dan kalium yang terlalu banyak.
Penggobatan jangka panjang edema kronik. Diberikan pada dosis yang cukup dan pasien janggan terlalu dibatasi makan garam.
Diabetes insipidus. Terutama bersifat nefrogenik.
Hiperkalsiura. Untuk pasien yang batu kalsium saluran kemih, tiazid dapat mengguranggi ekskresi kalsium ke saluran kemih, mengguranggi risiko pembekuan batu.
1.3.Diuretic Hemat Kalium
1.3.1.      Antagonis Aldosteron
Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling kuat. Peranannya memperbesar reabsorbsi natrium dan klorida di tubuli distal serta memperbesar ekskresi kalium.yang dapat memperbesar sekresi aldosteron oleh korteks adrenal adalah sekresi glukokortikoid yang meninggi misalnya pembedahan, rasa takut, trauma fisik, dan perdarahan,asupan kalsium yang tinggi, asupan natrium yang rendah, bendunggan pada VCI, sirosis hepatis, nefrosis, dan payah jantung.
2 macam antagonis aldosteron, yaitu spironolakton dan eplerenon. Kerja antagonis aldosteron adalah penghambatan kompetitip terhadap aldosteron.
Eplerenon merupakan analog spironolakton yang baru digunakan tahun 2003 dan belm beredar. Dibanding spironolakton, eplerenon memiliki afinitas yang lebih lemah terhadap reseptor mineralokortikoid, androgen, dan progesterone, karena itu eplerenon tidak menimbulkan efek samping ginekomastia dan virilisasi.
Farmakokinetik. 70% spirinolakton oral diserap disaluran cerna, menggalami sirkulasi enterohepatik dan metabolism lintas pertama. Ikatan protein cukup tinggi.
Efek samping. Yang paling utama adalah hiperkalemia bila obat ini diberikan bersama asupan kalium berlebihan dan diberikan bersama tizid pada pasien gangguan fungsi ginjal yang berat. Efek lainnya ginekomastia.
Indikasi. Untuk penggobatan hipertensi dan edema yang refrakter, digunakan dengan obat lain untuk mengguranggi eksresi kalium, disamping memperbesar dieresis. Pada gagal jantung untuk mencegah remodeling (pembentukan jaringan fibrosis dimiokard).
Sedaiaan dan dosis. Dalam bentuk tablet 25, 50, dan 100 mg. dewasa 25-200 mg, sedang dosis efektif sehari-hari 100 mg dalam dosis tunggal atau terbagi. Kombinasi spironolakton 25 mg dan hidroklorotiazid 25 mg, serta antara spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg. eplerenon digunakan dalam dosis 50-100 mg/hari.
2.      Triamteren dan Amilorid
Memperbesar ekskresi natrium dan klorida, sedangkan akresi kalium berkurang dan ekskresi bikarbonat tidak menggalami perubahan.
Triamteren menurunkan ekskresi K+ dengan menghambat sekresi kalsium di sel tubuli distal, obat ini efektif dalam keadaan asidosis maupun alkalosis.
Farmakokinetik. Absorbs triamteren melalui saluran cerna baik sekali,diberikan scara oral. Efek diuresisnya tampak setelah 1 jam. Diserap kira-kira 50% dan terlihat setelah 6 jam dan berakhir setelah 24 jam.
Efek samping. Efek berbahayanya yaitu hiperkalemia, efek lainnya mual, muntah, kejang kaki, dan pusing. Pada pasien sirosis hati akibat alcohol yang mendapat triamteren pernah terjadi anemia megaloblastik,sebab akibat belum pasti.
Indikasi. Untuk pengobatan edema, lebih bermanfaat bila diberikan bersama dengan diuretic golonggan lain, missal golonggan tiazid. Untuk pengidap hiperkalemia jangan diberikan suplemen K+, kecuali hipokalemia. Juga berhati-hati pada obat penghambat ACE, karena mengguranggi sekresi aldosteron dampaknya hiperkalemia semakin besar. Obat ini jangan diberikan bersama spironolakton.
Sediaan dan pasologi. Triamteren tersedia kapsul 100 mg. dosisnya 100-300 mg sehari. Amilorid dalam bentuk tablet 5 mg, dosis 5-10mg. kombinasinya amilorid 5 mg dan hidroklorotiazd 50 mg dalam tablet, dosis sehari 1-2 tablet.
.4.Diuretic Osmotik
Unuk zat yang bukan merupakan zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Diuretic osmotic bila:
     Difiltrasi secara bebas oleh glomerolus
     Tidak atau hanya sedikit reabsorbsi sel tubuli ginjal
     Secara farmakologis merupakan obat inert
     Umumnya resisten terhadap perubahan metabolic.
Contoh golonggan ini yaitu manito,urea, gliserin, isosorbid.
Indikasi
Manitol digunakan untuk : profilaksis gagal ginjal akut (GGA), menurunkan tekanan maupun volume cairan intraocular, menurunkan tekanan atau volume cairan cerebrospinal, dan penggobatan sindrom disekuilibrium pada hemodialisis.
Efek samping
Pemberian larutan manitol hipertonis meningkatkan osmolaritas cairan ekstrasel. Berbahaya bagi payah jantung karena dapat menimbulkan reaksi hipersensitif.
5.Penghambat Karbonik Anhidrase
Karbonik anhidrase merupakan protein dengan berat molekul 30.000 dan menggandung atom Zn dalam setiap molekul. Enzim ini dapat di


dosis
Dengan mulut , edema , awalnya 40 mg pada pagi hari , pemeliharaan 20-40 mg per hari , meningkat pada edema tahan sampai 80 mg per hari atau lebih , anak 1-3 mg / kg sehari , max . 40 mg sehari

Dengan injeksi intramuskular atau injeksi intravena lambat ( tingkat administrasi , lihat Peringatan di atas ) , awalnya 20-50 mg , meningkat jika perlu dalam langkah 20 mg tidak kurang dari setiap 2 jam , dosis lebih besar dari 50 mg dengan infus intravena saja; max . 1,5 g sehari; anak 0,5-1,5 mg / kg sehari , max . 20 mg sehari