furosemid
( Frusemide )
Interaksi informasi tambahan ( Furosemide ( furosemid ) ) .
Indikasi edema ( lihat catatan di atas )
Perhatian memantau elektrolit , hipotensi , pembesaran prostat , gangguan berkemih , gout , diabetes , meskipun produsen menyarankan bahwa tingkat pemberian intravena tidak boleh melebihi 4 mg / menit , dosis tunggal hingga 80 mg dapat diberikan lebih cepat , sindrom hepatorenal , gangguan hati ( Lampiran 2 ) ; gangguan ginjal ( Lampiran 3 ) ; kehamilan ( Lampiran 4 ) ; menyusui ( Lampiran 5 ) ; interaksi : Lampiran 1 ( diuretik )
Kontra - indikasi hipovolemia , dehidrasi , hipokalemia berat , hiponatremia berat , negara koma atau precomatose terkait dengan sirosis hati , gagal ginjal karena obat nefrotoksik atau hepatotoksik , anuria
Efek samping gangguan ringan gastro -intestinal , hipotensi , hiperglikemia ( lebih jarang dibandingkan dengan tiazid ) ; hiperurisemia dan gout , gangguan elektrolit termasuk hiponatremia , hipokalemia ( lihat juga bagian 2.2 ) , hipokalsemia , dan hipomagnesemia , alkalosis metabolik , jarang paraethesia , gangguan darah ( termasuk trombositopenia , leukopenia , agranulositosis , anemia aplastik , anemia hemolitik ) , depresi sumsum tulang ( menarik pengobatan ) , tinnitus dan tuli ( biasanya dengan dosis parenteral yang besar dan administrasi yang cepat , pada gangguan ginjal , atau hipoproteinemia ) , dan reaksi hipersensitivitas ( termasuk ruam , photosensitivity , eosinofilia , dermatitis eksfoliatif , purpura , dan anafilaksis ) , pankreatitis , kolestasis intrahepatik , peningkatan sementara kolesterol plasma dan konsentrasi trigliserida juga melaporkan
( Frusemide )
Interaksi informasi tambahan ( Furosemide ( furosemid ) ) .
Indikasi edema ( lihat catatan di atas )
Perhatian memantau elektrolit , hipotensi , pembesaran prostat , gangguan berkemih , gout , diabetes , meskipun produsen menyarankan bahwa tingkat pemberian intravena tidak boleh melebihi 4 mg / menit , dosis tunggal hingga 80 mg dapat diberikan lebih cepat , sindrom hepatorenal , gangguan hati ( Lampiran 2 ) ; gangguan ginjal ( Lampiran 3 ) ; kehamilan ( Lampiran 4 ) ; menyusui ( Lampiran 5 ) ; interaksi : Lampiran 1 ( diuretik )
Kontra - indikasi hipovolemia , dehidrasi , hipokalemia berat , hiponatremia berat , negara koma atau precomatose terkait dengan sirosis hati , gagal ginjal karena obat nefrotoksik atau hepatotoksik , anuria
Efek samping gangguan ringan gastro -intestinal , hipotensi , hiperglikemia ( lebih jarang dibandingkan dengan tiazid ) ; hiperurisemia dan gout , gangguan elektrolit termasuk hiponatremia , hipokalemia ( lihat juga bagian 2.2 ) , hipokalsemia , dan hipomagnesemia , alkalosis metabolik , jarang paraethesia , gangguan darah ( termasuk trombositopenia , leukopenia , agranulositosis , anemia aplastik , anemia hemolitik ) , depresi sumsum tulang ( menarik pengobatan ) , tinnitus dan tuli ( biasanya dengan dosis parenteral yang besar dan administrasi yang cepat , pada gangguan ginjal , atau hipoproteinemia ) , dan reaksi hipersensitivitas ( termasuk ruam , photosensitivity , eosinofilia , dermatitis eksfoliatif , purpura , dan anafilaksis ) , pankreatitis , kolestasis intrahepatik , peningkatan sementara kolesterol plasma dan konsentrasi trigliserida juga melaporkan
Diuretik
adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis
mempunyai dua pengertian, yaitu: pertama menunjukan adanya penambahan volume
urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukan jumlah pengeluaran ( kehilangan
) zat-zat yang terlarut dalam air. Fungsi utama diuretik adalah memobilisasi
cairan edema, yang berarti mengubah keseimbagan cairan sedemikian rupa sehingga
volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal. Penaruh ekstra sel terhadap
ekskresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan tempat kerja diuretik
dan sekaligus untuk meramalkan akibat penggunaan diuretik. Secara umum diuretic
dapat dibagi dalam dua golonggan besar yaitu: penghambat mekanisme transport
elektrolit didalam tubuli ginjal dan diuretic osmotik.
Obat yang dapat menghambat transpor elektrolit ditubuli ginjal ialah: (1)
benzotiadiazid; (2) diuretic kuat; (3) diuretic hemat kalium; dan (4)
penghambat karbonik anhidrase. Xantin juga merupakan memiliki efek dari
diuretik.
1.1.Diuretik Kuat
Diuretik kuat (High-ceiling diuretics) mencakup sekelompok diuretik yang
efeknya sangat kuat dibandingkan dengan diuretic lainnya. Tempat kerjanya terutama
dibagian epitel tebal ansa henlebagian asenden, karena itu kelompok ini disebut
juga sebagai loop diuretics. Contohnya adalah furosemid, torsemid, asam etakrinat, dan bumetanid.
Furosemid, atau asam
4-kloro-N-furfuril-5-sulfamoil antranilat masih tergolong derivat sulfonamide.
Obat ini tergolong salah satu obat standar untuk pengobatan gagal jantung dan
edema paru. Bumetamid merupakan derivate asam 3-aminobenzoat yang lebih poten
daripada furosemid, tetapi dalam hal lain kedua senyawa ini mirip satu dengan
yang lain. Asam etakrinat termasuk diuretic yang dapat diberikan secara oral
maupun parenteral dengan hasil yang memuaskan.
Obat
|
Tempat kerja utama
|
Cara kerja
|
Diuretik osmotik
|
(1)
Tubuli
proksimal
(2) Ansa henle desenden bagian
epitel tipis
(3) Duktus koligentes
|
Penghambatan reabsorbsi
natrium dan air melalui daya osmotiknya
Penghambatan reabsorbsi
natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medulla menurun
Penghambat reabsorbsi
natrium dan air oleh karena penghambatan efek ADH
|
Penghambatan enzim karbonik
anhidrase
|
Tubuli proksimal
|
Penghambatan terhadap
reabsorbsi HCOֿ3, H+, Na+
|
Tiazid
|
Hulu tubuli distal
|
Penghambatan airport Na+/K+
(reabsorbsi natrium dan sekresi kalium) dengan jalan antagonism kompetitif
(spironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorid).
|
Diuretik kuat
|
Ansa henle pada bagian
dengan epitel tebal
|
Penghambatan terhadap
kotranspor Na+/K+/Cl-
|
Farmakodinamik
Diuretik kuat terutama berbicara dengan cara menghambat reabsorbsi
elektrolit Na+/K+/2Cl-diansa henle asenden bagian epitel tebal; tempat kerjanya
dipermukaan sel epitel bagian luminal (yang menghadap kelumen tubuli).pada
pemberian IV obat ini cendrung menngkatkan aliran darah ginjal tanpa disertai
peningkatan filtrasi glomerolus. Perubahan hemodinamik ginjal ini mengakibatkan
menurunnya reabsorbsi cairan dan elektrolit ditubuli proksimal serta
meningkatnya efek awal dieresis. Peningkatan aliran darah ginjal ini relatif
hanya berlangsung sebentar. Dengan berkurangnya cairan ekstrasel akibat dieresis,
maka aliran darah ginjal menurun dan hal ini akan mengakibatkan meningkatnya
reabsorbsi cairan dan elektrolit ditubuli proksimal. Hal yang terakhir ini
merupakan suatu mekanisme kompensasi yang membatasi jumlah zat terlarut yang
mencapai bagian epitel tebal henle asendens, dengan demikian akan mengurangi
dieresis.
Furesemid dan bumetamid mempunyai daya hambat enzim karbonik anhidrase
karena keduanya merupakan derivate sulfonamide, seperti juga tiazid dan
asetazolamid, tetapi aktifitasnya terlalu lemah untuk menyebabkan diuresis
ditubuli proksimal. Asam etakrinat tidak menghambat enzim karbonik anhidrase.
Efek diuretic kuat terhadap segmen yang lebih distal dari ansa henle asendens
epitel tebal belum dapat dipastikan, tetapi dari besarnya dieresis yang
terjadi, diduga obat ini bekerja juga disegmen tubuli lain.
Diuretic kuat juga menyebabkan meningkatnya ekskresi K+ dan kadar asam urat
plasma, meknismenya kemungkinan besar sama dengan tiazid Ekskresi Ca++ dan Mg++
juga ditingkatkan sebanding dengan peningkatan ekskresi Na+. berbeda dengan
tiazid, golongan ini tidak meningkatkan re-absorbsi Ca++ ditubuli distal.
Berdasarkan atas efek kalsiuria ini, golongan diuretic kuat digunakan untuk
pengobatan simptomatik hiperkalsemia. Diuretic kuat meningkatkan ekskresi asam
yang dapat dititrasi (titratable acid) dan ammonia. Fenomena yang terjadi
diduga karena efeknya dinefron distal ini merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya alkalosis metabolic.
Bila mobilisasi cairan edema terlalu cepat, alkalosis metabolic oleh
diuretic kuat ini terutama terjadi akibat penyusutan volume cairan ekstrasel.
Sebaliknya pada penggunaan yang kronik, faktor utama penyebab alkalosis ialah
besarnya asupan garam dan ekskresi H+ dan K+. alkalosis ini sering kali
disertai dengan hiponatremia, tetapi masing masing disebabkan oleh mekanisme
yang berbeda.
Farmakokinetik
Diuretic kuat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang agak
berbeda beda. Bioavalibilitas furosemid 65% sedangkan bumetenid hampir 100%.
Obat golongan ini terikat pada protein plasma secara ekstensif, sehingga idak
difiltrasi digromelorus tetapi cepat sekali disekresi melalui system transport
asam organic ditubuli proksimal. Dengan cara ini obat terakumulasi dicairan
tubuli dan mungkin sekali ditempat kerja didaerah yang leboh distal lagi.
Probenesid dapat menghambat sekresi furosemid, dan interaksi antara keduanya
ini hanya terbatas pada tingkat sekresi tubuli, dan tidak pada tempat kerja
diuretic. Torsemid memiliki masa kerja sedikit lebih panjang dari furosemid.
2/3 asam etakrinat yang diberikan secara IV diekskresi melalui ginjal dalam
bentuk utuh dan dalam konjugasi dengan senyawa sulfhidril terutama sistein dan
N-asetil sistein. Sebagian lagi diekskresikan melalui hati. Sebagian besar
furosemid diekskresikan secara yang sama, hanya sebagian kecil yang terbentuk
glukoroid. ±50% bumetamid diekskresikan dalam bentuk asal, selebihnya sebagai
metabolit.
Efek samping
Gangguan cairan dan
elektrolit.
Sebagian
efek samping berhubungan dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit,
misalnya hipotensi, hiponatremia, hipokalemia, hipokalsemia, dan
hipomagnesemia.
Ototoksisitas.
Asam
etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara maupun menetap, dan hal ini
merupakan efek samping yang serius. Ketulian sementara terjadi juga pada
furosemid dan lebih jarang pada bumetamid. Ketulian mungkin disebabkan oleh
perubahan komposisi elektrolit cairan endolimfe.
Hipotensi.
Terjadi
karena develsi volume sirkulasi.
Efek metabolic.
Diuretic
tiazid, diuretic kuat juga dapat menimbulkan efek samping metabolic berupa
hiperurisemia, hiperglikemia, peningkatan kolesterol LDL dan trigliserida,
penurunan HDL.
Reaksi alergi.
Berkaitan
dengan struktur molekul yang menyerupai sulfonamide. Diuretic kuat dan diuretic
tiazid dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat alergi sulfonamide. Asam
etakrinat merupakan satu-satunya diuretic kuat yang tidak termasuk golonggan
sulfonamide, dan digunakan khusus untuk pasien alergi terhadap solfonamid.
Nefritis intestisialis
alergik.
Furosemid
dan tiazid diduga dapat menyebabkan gagal ginjal reversible.
Berdasarkan efeknya pada hewan percobaan, maka diuretic kuat ini tidak
dianjurkan pada wanita hamil, kecuali apabila mutlak diperlukan.
Interaksi
Seperti diuretic tiazid, hipopkalemia akibat pemberian diuretic kuat dapat
mengakibatkan risiko aritmia pada pasien yang juga mendapat digitalis atau obat
antiaritmia.
Prebenezid menguranggi resiko sekresi diuretic ke lumen ditubulus sehingga
efek dieresisnya berkurang. Diuretic kuat dapat berinteraksi dengan warfarin
dan klofibrat melalui penggeseran ikatannya dengan protein. Pada penggunaan
kronis, diuretic kuat ini dapat menurunkan klirens litiums. Penggunaan bersama
dengan sefalosporin dapat meningkatkan nefrotoksisitas sefalosporin.
Antiinflamasi nonsteroid terutama indometasin dan kortikosteroid melawan kerja
furosemid.
Penggunaan
klinik
Gagal
jantung.
Furosemid
merupakan obat standar untuk gagal jantung yang disertai edema dan tanda-tanda
bendungan sirkulasi seperti peninggian tekanan vena jugulare, edema paru, edema
tungkai dan asites. Furosemid lebih banyak digunakan dari asam etakrinat,
karena gangguan saluran cerna yang lebih ringgan dan kurva dosis responsnya
kurang curam.untuk edema paru akut diperlukan pemberian secara intravena. Pada
keadaan ini perbaikan klinik dicapai karena terjadi perubahan hemodinamik dan
penurunan volume cairan ekstra sel dengan cepat, sehingga alir balik vena dan
curah ventrikel kanan berkurang.
Edema
refrakter
Diuretic
kuat biasanya diberikan bersama diuretic lain, misalnya tiazid dan diuretic
hemat K+. pemakaian dua macam diuretic kuat bersamaan, ini merupakan tindakan
yang tidak rasional. Diuretic kuat juga meruapakan obat yang efektif mengatasi
asites akibat penyakit sirosis hepatis dan edema akibat gagal ginjal. Sebaiknya
diberikan secara oral kecuali bila diperlukan diuresis yang segera maka dapat
diberikan secara IV atau IM. Bila ada nefrosis atau gagal ginjal kronik, maka
diperlukan dosis furosemid jauh lebih besardaripada dosis biasa, hal ini
disebabkan oleh banyak protein dalam cairan tubuli yang akan menggikatfurosemid
sehingga menghambat dieresis. Selain itu, pada pasien uremia, sekresi furosemid
melalui tubuli menurun.
Gagal ginjal
akut
Dapat juga
diberikan pada gagal ginjal yang masih awal (baru terjadi), namun hasilnya
kurang konsisten. Diuretic kuat dikontraindikasikan pada keadaan gagal ginjal
yang disertai anuria. Diuretic kuat dapat menurunkan kadar kalsium plasma pada
pasien huperkalsemia simtomatik secara meningkatkan ekskresi kalsium melalui
urin. Bila digunakan pada tujuan ini maka perlu pula diberikan suplemen Na+ dan
Cl- untuk menggantikan kehilanggan Na+ dan Cl- melalui urin.
1.2.BENZOTIADIAZID
Benzotiadiazid atau tiazid menggandung banyak ion klorida, yang membedakan
dengan senyawa diatasnya adalah benzene disulfonamid, tiazid juga berefek
langsung pada transport Na+ dan Cl- ditubuli ginjal, lepas dari efeknya
penghambatan terhadap enzim karbonik anhidrase. Prototype golonggan tiazid
adalah klorotiazid, obat tandingan pertama golonggan Hg-organik, yang
mendominasi diuretic selama lebh dari 30 tahun.
Farmakodinamik
Diuretik tiazid menghambat simporter Na+, Cl- dihulu tubulus distal.sistem
trnspor ini dalam keadaan normal berfungsi membawa Na+ dan Cl- dari lumen ke
sel epitel tubulus. Na+ selanjutnya dipompakan keluar tubulus dan ditukar
dengan K+, sedangkan Cl- dikeluarkan melalui kanal klorida. Efek farmakodinamik
tiazid utama adalah meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan sejumlah air.
Efek natriuresis dan kliuresis ini disebabkan oleh penghambatan mekanisme
reabsorbsi elektrolit pada hulu tubuli distal.
Pada pasien hipertensi, tiazid menurunkan tekanan darah bukan saja karna
efek diuretiknya tapi juga karena efek langsung terhadap erteriol sehingga
terjadi vasodilatasi.
Pada pasien diabetes insipidus, tiazid justru menguranggi dieresis. Efek
yang tampak paradox ini diduga berdasarkan penguranggan volume plasma yang
diikuti oleh penurunan laju filtrasi glomerolus sehingga meningkatkan
reabsorbsi Na dan air ditubulus proksimal. Akibat jumlah air dan Na yang
melewati segmen distal berkurang sehingga volume maksimum urin yang encer juga
berkurang. Hasil akhirnya adalah pengguranggan poliura secara signifikan.
Fungsi ginjal. Tiazid dapat mengguranggi kecepatan filtrasi glomerolus,
terutama bila diberikan secara intravena, mungkin hal ini disebabkan oleh
pengguranggan aliran darah ginjal. Sekresi dapat berkurang dengan adanya
antagonis kompetitif, misalnya probenesid.
Asam urat. Tiazid dapat meningkatkan kadar asam urat darah dengan
kemungkinan 2 mekanisme:
1. Tiazid meninggikan reabsorbsi asam urat di tubuli proksimal
2. Tiazid mungkin sekali menghambat ekskresi asam urat oleh tubuli
Berbeda
dengan natriuretik lain, tiazid menurunkan ekskresi kalsium sampai 40% karena
tiazid tidak dapat menghambat reabsorbsi kalsiumoleh sel tubuli distal. Hal ini
dapat meningkatkan kadar kalsium darah dan terbukti dapat menurunkan insiden
fraktur pada osteoporosis.
Cairan ekstrasel. Tiazid dapat meninggikan ekskresi ion K+ terutama pada
pemberian jangka pendek, dan mungkin efek ini menjadi kecil bila penggunaannya
berlangsung dalam jangka panjang. Ekskresi natrium berlebih tanpa disertai
jumlah air yang sebanding dapat menyababkan hiponatremia dan
hipokloremia,terutama pasien diet rendah garam. Ekskresi Mg++ meningkat
sehingga dapat menimbulkan hipomagnesemia.diuretik yang menyebabkan
kloruresis akan meningkatkan ekresi yodida dan bromide. Penggunaan diuretic
yang berkepanjanggan dapat meningkatkan ekskresi yodida dengan akibat dapat
terjadi deplesi yodida ringgan.
Famakokinetik
Absorbsi tiazid melalui saluran cerna baik sekali. Efek obat tampak setelah
satu jam. Klorotiazid didistribusikan keseluruh ruang ekstrasel dan dapat
melewati sawar uri, tetapi obat ini ditimbun dalam jaringgan ginjal saja.
Dengan suatu proses aktif, tiazid diekskresikan oleh sel tubuli proksimal
kedalam cairan tubuli, jadi klirens ginjal obat ini besar sekali,biasanya dalam
3-6 jam sudah diekskresikan dari badan. Bendroflumetiazid, politiazid, dan
klortalidon mempunyai masa kerja yang lebih panjang karena ekskresinya lebih
lambat. Korotiazid dalam badan tidak menggalami perubahan metabolic, sedang
politizid sebagian dimetabolisme dalam badan.
Efek samping
1. Gangguan elektrolit Meliputi hipokalemia, hopovolemia, hiponatremia,
hipokloremia, hipomagnesemia. Pemberian diuretic pada pasien sirosis dengan
asites perlu dilakukan dengan hati-hati, gangguan pembentukan H+ menyebabkan
amoniak tidak dapat diubah menjadi ion ammonium dan memasuki darah, ini
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya depresi mental dan koma pada
pasien sirosis hepatis.
2. Gejala insufisiensi ginjal dapat diperberat oleh tiazid langsung
mengguranggi aliran darah ginjal. Suatu reaksi idiosinkrasi yang jarang sekali
timbul seperti hepatitis kolestatik, telah dilaporkan.
3. Hiperkalsemia. Tendensinya pada pemberian tiazid jangka panjang merupakan
efek samping yang mengguntungkanterutama untuk orang tua beresiko
osteopoeresis,karena mengguranggi risiko fraktur.
4. Hiperurisemia. Diuretic tiazid dapat meningkatkan kadar asam urat darah
karena efeknya menghambat sekresi dan meningkatkan reabsorbsi. Untuk penderita
arthritis gout dapat menggakibatkan seranggan gout akut
5. Tiazid menurunkan toleransi glukosa dan mengguranggi efektifitas obat
hipoglikemik oral. Dari percobaan tikus, ada 3 faktor yang menyebabkan hal ini,
yaitu: kurangnya sekresi insulinterhadap peninggian kadar glukosa plasma,
meningkatnya glikogenolisis dan berkurangnya glikogenesis.
6. Tiazid dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan
trigliseridaplasma dengan mekanisme yang tidak diketahui, namun masih tidak
jelas.
7. Gangguan fungsi seksual kadang dapat terjadi akibat pemakaian diuretic,
efek samping masih tidak jelas.
Indikasi
Hipertensi.
Selain sebagai diuretic, tiazid memberikan efek anti hipertensi berdasarkan
efek penurunan resistensi pembuluh darah
Gagal
jantung. Tiazid Merupakan diuretic terpilih untuk penggobatan edema akibat
gagal jantung ringgan sampai sedang. Lebih baik bila dikombinasikan dengan
diuretic hemat kalium pada pasien juga mendapat penggobatan digitalis untuk
mencegah timbulnya hipokalemia yang memudahkan terjadinya intoksikasi
digitalis,selain itu juga untuk pasien yang gagal jantung atau hipertensi yang
disertai gangguan fungsi ginjal harus dilakukan dengan hati-hati karena obat
ini dapat memperhebat gangguan fungsi ginjal akibat penurunan kecepatan
filtrasi glomerolus dan hilangnya natrium, klorida, dan kalium yang terlalu
banyak.
Penggobatan
jangka panjang edema kronik. Diberikan pada dosis yang cukup dan pasien janggan
terlalu dibatasi makan garam.
Diabetes
insipidus. Terutama bersifat nefrogenik.
Hiperkalsiura.
Untuk pasien yang batu kalsium saluran kemih, tiazid dapat mengguranggi
ekskresi kalsium ke saluran kemih, mengguranggi risiko pembekuan batu.
1.3.Diuretic Hemat Kalium
1.3.1. Antagonis Aldosteron
Aldosteron
adalah mineralokortikoid endogen yang paling kuat. Peranannya memperbesar
reabsorbsi natrium dan klorida di tubuli distal serta memperbesar ekskresi
kalium.yang dapat memperbesar sekresi aldosteron oleh korteks adrenal adalah
sekresi glukokortikoid yang meninggi misalnya pembedahan, rasa takut, trauma
fisik, dan perdarahan,asupan kalsium yang tinggi, asupan natrium yang rendah,
bendunggan pada VCI, sirosis hepatis, nefrosis, dan payah jantung.
2 macam
antagonis aldosteron, yaitu spironolakton dan eplerenon. Kerja antagonis
aldosteron adalah penghambatan kompetitip terhadap aldosteron.
Eplerenon
merupakan analog spironolakton yang baru digunakan tahun 2003 dan belm beredar.
Dibanding spironolakton, eplerenon memiliki afinitas yang lebih lemah terhadap
reseptor mineralokortikoid, androgen, dan progesterone, karena itu eplerenon
tidak menimbulkan efek samping ginekomastia dan virilisasi.
Farmakokinetik.
70% spirinolakton oral diserap disaluran cerna, menggalami sirkulasi
enterohepatik dan metabolism lintas pertama. Ikatan protein cukup tinggi.
Efek
samping. Yang paling utama adalah hiperkalemia bila obat ini diberikan bersama
asupan kalium berlebihan dan diberikan bersama tizid pada pasien gangguan
fungsi ginjal yang berat. Efek lainnya ginekomastia.
Indikasi.
Untuk penggobatan hipertensi dan edema yang refrakter, digunakan dengan obat
lain untuk mengguranggi eksresi kalium, disamping memperbesar dieresis. Pada
gagal jantung untuk mencegah remodeling (pembentukan jaringan fibrosis
dimiokard).
Sedaiaan dan
dosis. Dalam bentuk tablet 25, 50, dan 100 mg. dewasa 25-200 mg, sedang dosis
efektif sehari-hari 100 mg dalam dosis tunggal atau terbagi. Kombinasi spironolakton
25 mg dan hidroklorotiazid 25 mg, serta antara spironolakton 25 mg dan
tiabutazid 2,5 mg. eplerenon digunakan dalam dosis 50-100 mg/hari.
2. Triamteren dan Amilorid
Memperbesar
ekskresi natrium dan klorida, sedangkan akresi kalium berkurang dan ekskresi
bikarbonat tidak menggalami perubahan.
Triamteren
menurunkan ekskresi K+ dengan menghambat sekresi kalsium di sel tubuli distal,
obat ini efektif dalam keadaan asidosis maupun alkalosis.
Farmakokinetik.
Absorbs triamteren melalui saluran cerna baik sekali,diberikan scara oral. Efek
diuresisnya tampak setelah 1 jam. Diserap kira-kira 50% dan terlihat setelah 6
jam dan berakhir setelah 24 jam.
Efek
samping. Efek berbahayanya yaitu hiperkalemia, efek lainnya mual, muntah,
kejang kaki, dan pusing. Pada pasien sirosis hati akibat alcohol yang mendapat
triamteren pernah terjadi anemia megaloblastik,sebab akibat belum pasti.
Indikasi.
Untuk pengobatan edema, lebih bermanfaat bila diberikan bersama dengan diuretic
golonggan lain, missal golonggan tiazid. Untuk pengidap hiperkalemia jangan
diberikan suplemen K+, kecuali hipokalemia. Juga berhati-hati pada obat
penghambat ACE, karena mengguranggi sekresi aldosteron dampaknya hiperkalemia
semakin besar. Obat ini jangan diberikan bersama spironolakton.
Sediaan dan
pasologi. Triamteren tersedia kapsul 100 mg. dosisnya 100-300 mg sehari.
Amilorid dalam bentuk tablet 5 mg, dosis 5-10mg. kombinasinya amilorid 5 mg dan
hidroklorotiazd 50 mg dalam tablet, dosis sehari 1-2 tablet.
.4.Diuretic Osmotik
Unuk zat
yang bukan merupakan zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh
ginjal. Diuretic osmotic bila:
Difiltrasi secara bebas oleh
glomerolus
Tidak atau hanya sedikit
reabsorbsi sel tubuli ginjal
Secara farmakologis merupakan
obat inert
Umumnya resisten terhadap
perubahan metabolic.
Contoh
golonggan ini yaitu manito,urea, gliserin, isosorbid.
Indikasi
Manitol
digunakan untuk : profilaksis gagal ginjal akut (GGA), menurunkan tekanan
maupun volume cairan intraocular, menurunkan tekanan atau volume cairan
cerebrospinal, dan penggobatan sindrom disekuilibrium pada hemodialisis.
Efek samping
Pemberian
larutan manitol hipertonis meningkatkan osmolaritas cairan ekstrasel. Berbahaya
bagi payah jantung karena dapat menimbulkan reaksi hipersensitif.
5.Penghambat Karbonik Anhidrase
Karbonik
anhidrase merupakan protein dengan berat molekul 30.000 dan menggandung atom Zn
dalam setiap molekul. Enzim ini dapat di
dosis
Dengan mulut , edema , awalnya 40 mg pada pagi hari , pemeliharaan 20-40 mg per hari , meningkat pada edema tahan sampai 80 mg per hari atau lebih , anak 1-3 mg / kg sehari , max . 40 mg sehari
Dengan injeksi intramuskular atau injeksi intravena lambat ( tingkat administrasi , lihat Peringatan di atas ) , awalnya 20-50 mg , meningkat jika perlu dalam langkah 20 mg tidak kurang dari setiap 2 jam , dosis lebih besar dari 50 mg dengan infus intravena saja; max . 1,5 g sehari; anak 0,5-1,5 mg / kg sehari , max . 20 mg sehari