
Burhanudin menjelaskan, sebanyak 82 persen responden survei
menyatakan, penetapan Jokowi sebagai bakal capres oleh Ketua Umum PDI-P
Megawati Soekarnoputri merupakan keputusan politik yang biasa terjadi.
Penetapan itu juga dipercaya tak ada kaitannya dengan isu bahwa Jokowi
akan mudah dipengaruhi oleh Megawati jika terpilih menjadi presiden
nanti.
"Penetapan Jokowi dianggap hal yang biasa. Jadi, kalau mau menggoreng
isu capres boneka, itu tidak berhasil menjatuhkan Jokowi," kata
Burhanudin saat memaparkan hasil survei di Jakarta, Jumat (4/4/2014).
Dari seluruh responden, kata Burhanudin, hanya 15 persen yang
menyatakan bahwa Jokowi akan menjadi pemimpin boneka yang mudah
dikendalikan. Sementara responden sisanya tidak memberikan jawaban.
Indikator Politik memasukkan isu capres boneka ke dalam survei karena
isu itu sempat menyedot perhatian publik. Sejumlah elite partai lain
menilai Jokowi hanya boneka Megawati. Penilaian tersebut dibantah oleh
PDI-P. Penetapan Jokowi sebagai bakal capres disebut telah melalui
proses panjang dan mempertimbangkan tingginya dorongan publik.
Survei ini dilakukan dengan jumlah sampel sebanyak 1.220 orang yang
tersebar di berbagai wilayah dan telah memiliki hak memilih dalam
pemilu. Metodologi survei dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan margin of error 2,9 persen dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
Quality control pada hasil survei dilakukan secara random
pada 20 persen responden. Indikator Politik mengaku melakukan survei
bekerja sama dengan salah satu media nasional yang menjadi penyokong
dananya. Jumlah dana yang digelontorkan untuk survei ini tidak
disebutkan.