
Apakah kondisi ini terkait dengan aktivitas Gunung Slamet yang statusnya dinaikkan jadi waspada.(Baca: Gunung Slamet Muntahkan Lava Pijar) "Tidak ada hubungannya," kata Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Surono. Menurut dia, kondisi Gunung Slamet masih fluktuatif dan zona larangan dari aktivitas manusia tetap pada jarak 2 kilometer dari puncak.
Berdasarkan pemantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, kondisi Gunung Slamet mulai pukul 00.00 hingga 06.00 WIB, Ahad lalu, terjadi dua kali letusan asap warna putih kecokelatan setinggi 1.000-1.200 meter. Dua kali gempa letusan berdurasi 53-110 detik, 60 kali gempa eembusan, serta sekali gempa vulkanik dangkal dan dalam. (Baca: Suhu Air Panas Kaki Gunung Slamet Normal)
Pada Senin, 17 Maret 2014, terjadi dua kali gempa letusan. Jika dibandingkan dengan hari sebelumnya, pada pukul 18.00 hingga 24.00 malah terjadi 66 kali gempa letusan.
Aktivitas penduduk di Desa Serang dan Kutabawa, Kecamatan Karangreja, masih seperti biasa. "Warga tetap beraktivitas, pagi ke ladang, tidak terpengaruh aktivitas gunung," kata Sugeng Riyadi, Ketua SAR Kutabawa.